Sabtu, Maret 27, 2010

(part9)
Aku selalu menganalisa karakteristik kak Farid berdasarkan pengalaman yang kualami selama ini dengannya. Dan dari haril analisa itulah, aku semakin mencintainya. dia tidak merokok, dia suka pada anak-anak, dia murah senyum pada anak-anak dan orang yang dia kenal, dia selalu tampil apa adanya, dan dia cuek sama cewek yang tak dikenalnya seperti aku demi menghindari fitnah. Atau bisa jadi dia tetap berkomitmen untuk mencintai seorang wanita yang saat ini telah bertengger dihatinya.
Mungkin dia memang takkan termiliki olehku, Karena dia menurutku termasuk orang baik-baik. Sedangkan aku cewek kasar, keras kepala, pemarah dan emosional, tak pernah mengendalikan suara melengkingku, plin plan dan pemalas. Aku terlalu penuh dosa, dan selalu melakukannya tiap kali emosi. Aku juga tidak termasuk anak yang berbakti dan suka membangkang. Aku juga sering menyakiti hati orang lain demi kepuasanku membalasnya menyakiti kembali. Memang tak pantas kalau aku harus bersanding dengan kak Farid. Namun aku akan tetap mencintainya.
Hari ini tanggal 2 Mei 2007. Siang hari sepulang dari kampus setelah ujian mid, seperti biasa aku menunggui lewatnya kak Farid saat Dzuhur tapi tak muncul-muncul. Lalu aku berniat tidur, tapi tak bisa. Malah lama merenung, akhirnya aku mendapat “ide gila”. Aku tak tahu mengapa ide itu tiba-tiba terlintas dalam benakku? Karena heran, aku cekekekan sendirian. Aku berniat menuliskan surat buat kak Farid dalam bentuk bahasa-bahasa puitis, serta menceritakan tentang pendeskripsianku menyangkut desa Ta’deang Maros. Memang ngga nyambung dengan surat cinta. Tapi karena aku tak mau dipandang agresif, maka itulah yang bakal kulakukan. Aku menuliskan inisial namaku L21 yang tak lain nama Lembayung usia 21. Aneh memang, tapi itulah aku yang berusaha agar tidak terjadi suatu hal yang memalukan nantinya. Akan kutulis kedalam bahasa inggris dan mengirimnya via pos. Tapi lama-lama aku berpikir, akhirnya aku mendapatkan ide biar hemat. Aku akan memasukkan surat itu kedalam botol plastik dengan batu untuk menjaga keseimbangan botol saat kulempar kearah rumahnya nanti. Dan sore harinya, aku menunggui kedatangannya diwaktu Azhar, tapi dia tak nampak juga. Hingga aku merasa kalau dia bukanlah jodohku. Lalu menjelang petang saat duduk-duduk depan pagar, aku mendapati sesosok cowok keluar dari rumah ujung dekat jalan yang dari belakang seperti kak Farid, dan kuikuti sembunyi-sembunyi. Tapi berlari kencang saat nyaris kehilangan orang itu, jadi pas tikungan ke kiri menuju warung belakang rumahku, jelaslah kalau cowok itu bukanlah kak Farid. Jadi spek-spek saja aku belanja di warung belakang rumahku beli dua kripik singkong dan dua chacha permen.
Sejalannya aku menuju jalan pulang, tiba-tiba aku mendengar derungan motor yang hatiku menganggap kalau itu kak Farid. Maka aku berlari kencang menuju kembali ke jalanan rumahku. Hingga mendapatinya tengah membuka pintu pagar dan masuk mengendarai motor Suzuki Thunder DDxxxx, ke dalam rumah. Aku bahagia dan pasrah. Lalu saat itu pula, aku menungguinya lewat depan rumahku untuk shalat Maghrib. Namun tak juga muncul-muncul. Tapi tiba-tiba dibenakku mengatakan kalau sepertinya kak Farid bakal pergi usai Maghrib, karena itulah dia sholat saja dirumah. Aku menungguinya didepan teras rumahku sambil makan permen Chacha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar