Sabtu, Maret 27, 2010

(part8)
Malam harinya saat Isya, aku terdorong untuk menungguinya lewat depan rumahku, walau dalam berharap-harap cemas, gelisah, gundah, dan gelana membungkusi perasaanku. Kadang aku ke teras, kadang pula ke ruang tamu. Karena aku juga ragu apakah kak Farid jodohku atau bukan? Namun aku tetap berharap dalam doa. Tapi yah, yang muncul malah dua cewek teman adikku yang mahasiswa juga dan kupersilahkan masuk. Dan mobilnya Honda Jazz terparkir di seberang jalan depan rumah tetangga depan rumahku. Beberapa menit kemudian saat iqamah, aku mendengar dengungan motor DDxxxx.., yang perlahan keluar dan terparkir depan rumah kak Farid. Sayangnya suasana waktu itu menyamarkan pandanganku karena agak gelap remang-remang. Belum lagi sesosok cowok memakai pakaian hitam-hitam yang semakin mengurangi penglihatan mataku membuat aku bertanya-tanya apakah dia kak Farid atau teman sekontrakannya? Aku sempat melihatnya menutup pagar dan diapun sempat menghilang. Mungkin aku kurang konsentrasi waktu memperhatikannya jadi aku semakin memajukan kepalaku tuk melihat ke arahnya, tanpa menyadari dia ternyata sudah naik motor. Karena aku malu menampakkan diri, aku sembunyi dibalik pagar sambil tunduk-tunduk tapi sedikit mengintip. Dan selama itu pula, aku mendengarkan dia agak menghentikan laju motornya melewati rumahku dan berjalan agak perlahan hingga terdengar dia yang ternyata kak Farid mengklakson motornya sekali dan akhirnya pergi melaju kearah masjid. Saat itulah aku jadi bingung, bahagia dan kelabakan juga. Sebab aku terus bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah dia mengklaksoniku atau mungkin karena ada mobil depan jalan seberang rumahku? Dan demi menemukan jawabannya, aku berpikir seraya memperagakan kembali yang barusan terjadi sesuai dengan ingatanku. Tapi tak juga menemukan jawabannya. Namun karena mengikuti perasaan GRku, aku sujud syukur dua kali. Setelah hari itu, aku tidak pernah melihatnya lagi, jadi aku menganggap kalau selama ini aku mungkin terlalu berharap.
Mungkin aku terlalu berharap, untuk menggapai cintanya kak Farid, mungkin aku terlalu bermimpi, untuk bisa bersama dengannya, mungkin aku terlalu berangan-angan, untuk mendapatkan cinta darinya, mungkin aku hanya berharap dalam ilusi, kalau akan dicintai oleh kak Farid. Mungkin aku salah akan perasaan cinta sepihak ini, mungkin aku salah untuk mencintai kak Farid, mungkin aku salah karena berharap dia mencintaiku, mungkin aku salah saat bermimpi tentang dia, mungkin aku salah untuk selalu menungguinya lewat depan rumahku, mungkin aku salah karena menganggap dia jodohku, mungkin aku salah karena terlambat mencintai kak Farid, mungkin aku salah karena mencintai kak Farid, mungkin aku salah karena selalu gelisah menungguinya, mungkin aku salah karena selalu berpenampilan modis hanya untuk mencari perhatian dari kak Farid, mungkin aku memang penuh kesalahan, karena terlalu mencintainya, mungkin aku memang tak pantas untuk kak Farid, tapi apapun yang kurasakan saat ini, aku selalu merasa betapa aku sangat mencintai kak Farid, mungkin aku pantas mengatakan kalau cintaku bertepuk sebelah tangan. Aku ikhlas walau dalam kepupusan.
Karena aku yakin dan percaya, kalau Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik bagi para hambanya yang berbuat baik pula. Meskipun bukan aku, karena aku memang bukan orang baik. Tapi Alhamdulillah, aku akan tetap jadi cewek baik-baik demi menjaga kehormatan cintaku untuk kekasih dambaanku kak Farid. Aku selalu menganggap, kalau aku mungkin ditakdirkan untuk sendiri. Tapi aku tak akan putus asa untuk mencari cinta, cinta dari kekasihku kak Farid sayang. Hanya saja, perasaan cintaku ini untuk kak Farid teramatlah besar. Bahkan aku selalu memikirkan tentang keikhlasan untuk menerima Farid apa adanya. Dulu aku memang pencari cinta, tapi sekarang pencarian itu terhenti saat kumenganggap kalau kak Farid adalah jodohku. Tuhan, tolong titipkan kak Farid menjadi pasangan hidup hamba, karena aku mencintainya. Aku Insya Allah akan menjaga dia Tuhan, karena aku sangat menyayanginya. Tapi aku juga rasa sepertinya itu tak mungkin, karena aku adalah pendosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar