Sabtu, Maret 27, 2010

(part10)
Tiap kali kudengar suara dengungan motor, sontak aku lari menuju pagar dan mengintip kearah kanan rumahnya. Meskipun harus kecewa karena bukan kak Farid. Beberapa menit kemudian terdengar lagi suara motor dan akupun berjalan lari kearah pagar dan bukan juga kak Farid. Tapi aku memutuskan untuk tetap menunggu, seolah-olah mununggu kedatangan xxxxxku. Lalu beberapa menit berlalu, kudengar lagi desingan motor hingga membuatku berlari kearah pagar dan mengintip. Alhamdulillah, ternyata kak Farid yang tengah mengunci pagarnya. Saat itulah, aku memangkutangankan daguku dan berupaya menghilangkan rasa maluku demi dilihat oleh dia. Jadi kupandangi dia dari kejauhan sembari senyum, hingga kulihat dia melajukan motornya melewati rumahku tanpa sekalipun menoleh kerahku. Kecewa? nggak juga. Karena aku menganggap wajarlah dia cuek agar aku tidak menaruh harapan padanya, sebab aku merasa bahwa dia tak ingin memberikan harpan kosong padaku. Tapi meskipun begitu, aku tetap mencintaimu kak Farid. Hingga tiba-tiba aku mengingat lagi kenanganku berhari-hari yang lalu. Saat itu waktu Dzuhur dan Adzan pun terkumandang. Aku berlari kearah pagar untuk mengintipi kak Farid yang bakal lewat rumahku, hingga iqamahpun terkumandang tapi kak Farid belum keluar-keluar juga. Tak disangka-sangka, ternyata dia baru pulang dan melajukan motornya kearah rumahnya dan aku langsung sembunyi sambil jongkok dibalik pagarku agar bisa tetap melihatnya melalui celah-celah pagarku. Tapi yang membuatku semakin tahu diri adalah saat dia mengeraskan suara gas motornya seolah menegurku dengan isyaratnya tepat depanku jongkok. Sepertinya dia sengaja melakukan itu, agar aku tidak meminta harapan kosong yang tidak dia tawarkan untukku. Sialan benar aku ini, benar-benar kisah cinta yang menyedihkan. Tapi walaupun begitu, aku akan tetap mencintai kak Farid. Sepertinya aku merasa dia selalu menghindariku.
Ilusi itu seperti pelangi, sangat indah dan penuh ragam warna-warni nan mencolok, bayang-bayangnya sangat menggoda hingga melupakan segala hal, tapi ternyata sangat berbahaya juga, semakin tinggi seseorang berilusi dalam imajinasi, semakin tinggi kita menjangkau pelangi, maka akan semakin keras pula kita terjatuh, hingga semuanya jadi sia-sia.
3 Mei 2007. Hari ini mulai pukul 6 pagi sampai jam setengah 8, aku menunggui kak Farid lewat. Meski awalnya semalaman aku sudah berkomitmen penuh tangis untuk tidak akan berusaha mencarinya dan melihatnya lagi. Tapi perasaan ini selalu memaksaku untuk menunggui kehadirannya. Selalu mendesak batinku agar percaya bahwa dialah jodohku. Dan hingga kini, dia belum muncul-muncul juga. Aku malah berpikir, mungkin Tuhan memang sudah memberi pertanda bahwa kak Farid yang kucintai bukanlah jodohku. Tapi aku akan tetap mencintainya. Meskipun sebenarnya aku sangat membenci perasaan ini, karena selalu saja cinta sepihak dan akhirnya bertepuk sebelah tangan. Tapi diantara semua perasaan cintaku sejak dahulu, aku lebih dan lebih mencintai kak Farid. Walaupun awalnya aku belum mengetahui namanya, aku hanya mencari tahu dalam ilusi. Aku memang bodoh untuk mengurus hal-hal semacam ini. Tapi untungnya, Alhamdulillah Tuhanku Allah Subhana wata’Ala memberi tahuku tentang namanya kak Farid melalui tetanggaku yang tinggal bersebelahan kanan rumah tempat tinggal kak Farid. Sekarang sudah jam 8 dan dia belum muncul-muncul. Jadi aku memutuskan untuk belajar karena jam 2 nanti aku mid test. Meskipun aku sempat berpikir tentang belajar, aku tetap duduk depan pagarku menyaksikan kedua adikku tengah main cangke’. Tanpa kuperdulikan, sinar mentari membasuhi wajah dan tubuhku. Kadang-kadang aku balik kiri atau juga balik kanan, karena menganggap apakah kak Farid yang lewat atau bukan dan bukan dia. Karena kak Farid tidak muncul-muncul juga, akupun memaksa hatiku masuk ke dalam rumah untuk belajar dikamar tidurku. Soalnya saat kuperhatikan disekelilingku, aku sempat melihat kalau om dari tetangga samping kiri depan rumahku, selalu memperhatikanku. Aku terpaksa bersikap acuh tak acuh, karena tak ingin memberikan harapan kosong pada siapapun. Kecuali Farid sang tercinta. Aku juga bisa merasakan perasaan yang sama pula dengan kak Farid terhadapku. Aku sangat mengerti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar