Sabtu, Maret 27, 2010

(part6)
Namanya Farid angkatan 2004 dan teman sekontrakannya bernama Nain. mendengar penuturan tetanggaku itu, hatiku serasa berjingkrak-jingkrak telah mengetahui namanya yang selama ini misteri bagiku. Tapi ada rada-rada bakal kehilangan juga, karena Farid sebentar lagi akan pulang ke Malaysia, setelah menyelesaikan studinya. Tapi aku berusaha bersikap sesantai mungkin, padahal setibanya aku dirumah langsung saja sujud syukur pada Allah Subhana Wata’ala. Pernah juga suatu hari aku pulang dari kampus saat waktu Maghrib. Kebetulan lagi datang bulan, jadi aku tidak shalat. So, aku memutuskan untuk pergi ke masjid dan menungguinya pulang dari shalat Maghrib. Posisi berdiriku saat itu dekat tiang listrik jadi tidak bakal terlihat oleh dia. Lama juga rasanya, sampai kakiku pegal-pegal karena kelamaan berdiri setelah lari sebelum tiba ditiang itu. Kemudian aku melihat orang-orang sudah keluar dari masjid dan rata-rata bapak-bapak. Aku tetap menunggu dan menunggu tapi kak Farid belum juga muncul. Hingga setelah lima orang bapak-bapak menegurkupun, aku terpaksa pulang karena takut menimbulkan kecurigaan dari orang-orang yang lewat. Beberapa waktu kemudian, aku pulang kuliah saat Maghrib lagi, dan langsung pulang ke rumah. Tapi ketika akan membuka gembok pagarku, kak Farid pulang dari masjid dan memboncengi teman sekontrakannya Nain. Mereka lalu masuk ke rumah dekat jalan. Akupun mendapat ide buat cari perhatian dengan cara berlari perlahan-lahan dan setibanya depan rumah ujung dekat jalan itu, aku berpura-pura nyaris jatuh karena pintu ruang tamunya terbuka. Lalu lari cepat-cepat sebagai rencana kamuflase. Saat itulah aku mendengar suaranya. Rasanya senang sekali, aku benar-benar bahagia. Padahal belum tentu khan tingkahku itu diperhatikan oleh kak Farid. Sejak saat itulah, tiap kali terdengar suara motor, aku selalu berlari ke ruang tamuku atau langsung berdiri di teras, ataupun diatas pinggir bekas kolam ikanku dulu karena menganggap dia kak Farid, meskipun kadang-kadang juga bukan. Malahan, lama sudah tak melihatnya selama ini, hatiku sangat merindukannya. Aku selalu menungguinya tiap pergantian waktu shalat, namun dia tak muncul-muncul juga. Jadi agak gelisah juga hatiku. Aku benar-benar sudah jatuh hati padanya.
Aku bahagia sekali hari ini, karena bisa melihat kak Farid lagi. Dia jalan kaki lewat depan rumahku untuk menuju masjid. Dan aku saat itu baru pulang dari kuliah. Kala itu, aku sudah masuk halaman rumahku, sedang kak Farid tengah jalan ke masjid. Jadi aku memperhatikannya melalui pagar rumahku yang hanya seleher dari kak Farid sambil menari-nari agar menarik perhatiannya dan tidak mempan. Kak Farid tetap jalan menunduk kearah masjid. Aku juga pernah melihat dia tengah menyapu didepan pagar rumahnya. Dia menyapu jalanan dan terus menyapu dengan asiknya. Tanpa tahu ada mobil yang melaju kerahnya dan diklakson. Diapun menghindar dengan santainya. Melihat sikap cueknya itu, membuatku cengesan sendiri. Maka tiap waktu menjelang Ashar, aku selalu melihat kearah kontrakannya. Tapi dia tak pernah lagi terlihat menyapu. Yang aku lihat hanya sisa-sisa daun yang sudah terkumpulkan. Selain itu, aku sering mendapatinya melajukan motor lewat depan rumahku dan kuintip melalui pagarku. Tapi secara sembunyi-sembunyi, karena aku malu kalau ketahuan oleh siapapun maupun kak Farid. Dan terus kulakukan setiap hari hingga suatu hari aku tak melihatnya selama beberapa hari pula. Jadi aku resah dan merasa kecewa tiap kali menunggu ketaktampakannya. Hingga aku berdoa sambil duduk dipinggir kolamku seraya menungguinya pulang dan berdoa. Tuhan ampuni aku yang mencintai makhluk-Mu secara berlebihan. Ampuni aku yang selama ini dilalaikan oleh perasaan itu. Ampuni aku yang kadang melupakan-Mu, kala kuingat dia. Maafkan aku yang tak pernah lepas dalam anganku tentang dia. Tolong kirimkan perasaanku hambaMu ini, yang penuh dengan angan-angan rendah karena perasaan cinta yang berlebihan, melalui udara dari hembusan nafasku padanya. Tolong sampaikan kegundahanku padanya, karena tak pernah melihatnya lagi. Aku mencintainya, sangat mencintainya Tuhan. Aku berharap dia bisa jadi pasangan hidupku, karena aku mencintainya. Aku mengangankannya, karena mengira dialah jodohku. Sebab kami biasanya saling ketemu tanpa kupinta sekalipun. Aku bahkan merasakan dia diciptakan untukku, Oleh-Mu Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar