Sabtu, Maret 27, 2010

(part4)
Hari ini tanggal 17 Maret 2007, aku merasa sangat jenuh karena sudah lama tidak pernah melihatnya lagi. Karena aku terlalu sibuk urus urusan kuliah dan tugas-tugas dari dosen. Tapi aku terus saja memikirkan dia dan berharap bisa melihatnya lagi. Namun saat itu aku masih dikampus. Awalnya aku hendak pulang sebelum Ashar setelah kuliah selesai. Namun aku ditegur ajak oleh kawanku Ria untuk cerita-cerita. Dan entah siapa yang memulai, kami mulai bercerita tentang terorisme dan jaringan Al-Qaeda yang sangat menggemaskan hatiku untuk balas dendam atas kejahatan terburuk yang mereka lakukan. Tapi karena hatiku terus gelisah memikirkan sidia, aku pun berpamitan pada kawan-kawanku yang masih ingin kumpul cerita denganku. Tapi aku tetap bersikeras untuk pulang. Meskipun aku tahu kalaupun aku tiba dirumah, tidak bakalan ketemu dia. Karena sudah jam empat. Seturunnya aku dari angkot, waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima, hingga membuat diriku terasa lemas dan memaksakan kedua kakiku agar semangat berjalan. Setibanya aku di pertengahan jalan, tiba-tiba saja dia ternyata muncul dan naik motor bersama kawan-kawannya melewatiku. Memang kasihan karena dicuekin, khan tak kenal maka tak sayang. Tapi biarlah, hatiku malah berangan dan membayangkan seandainya saja aku diboncengnya. Karena melihatnya, tubuhku semangat kembali dan mempercepat langkahku seolah ingin memburuinya, meski tidak mungkin lagi didapat, karena aku rasa dia sudah tiba lebih dulu dirumah. Tapi perasaanku keliru, dia ternyata tengah memarkirkan motornya depan rumah tetanggaku dekat ujung jalan dan posisinya berdiri sambil mengsms. Saat aku mulai berjalan tuju kearah rumahku dan akan melewatinya juga, tiba-tiba dibelakangku ada sebuah mobil kijang Innova silver akan melewati jalanan dekat rumahku yang adalah milik tetangga samping kiri rumahku. Hingga aku mendapat ide seketika yang berencana akan berpura-pura melihat ke belakang arah mobil agar dianggap aku tengah menghindari mobil dan langsung menabrak sidia. Aku bahkan merasa kalau dia melihatiku. Karena meskipun pandanganku bukan ke arahnya, aku masih bisa melihatnya dengan mata bayanganku sekalipun. Aku tidak tahu saat itu, mengapa aku tidak melihat ke arahnya untuk senyum. Malah pandangan mataku melihat ke samping, meskipun kepalaku terangkat. Tapi ternyata rencanaku gagal lagi, karena salah dalam menghitung waktu antara jalannya mobil dan sikapku melangkah. Aku malah nyaris menabrak motornya dan ditertawai oleh rekan-rekannya yang berdiri depan pintu pagar, sedangkan dia tersenyum seraya tunduk mengsms.
Setiap hari dan setiap waktu, aku terus saja memikirkannya. Meskipun penasaran juga, siapa sih namanya? Aku terus saja berdoa pada Tuhan agar setidaknya bisa jadi jodoh sahabat dan bertanya pula pada Tuhan, siapakah dia?. Tiap hari, tiap pergantian waktu shalat, aku terus saja menungguinya demi untuk melihat dia lewat depan rumahku. Tapi ternyata tidak tiap hari juga dia lewat depan rumahku, aku nggak tahu kenapa. Mungkin dia masih di kampus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar