Sabtu, Maret 27, 2010

(part24)
Lama-kelamaan, sepertinya dia tidak dibukakan pintu oleh rekannya yang tinggal dirumah itu. Barangkali teman-temannya yang lain belum pulang. Atau dia memang sengaja tidak mau masuk, karena setahuku dia punya kunci cadangan untuk pagar rumah diujung itu. Atau bisa jadi mereka musuhan? Aku kasihan pada kak Farid. Dia sepertinya kelihatan jenuh dan diam. Aku ingin sekali menegur dan menyapa dengan senyuman termanisku untuk menghiburnya, tapi takut malu. Mungkin karena lama dalam kejenuhan, jadi dia pulang kerumah kontrakannya dan aku melihatnya dan mengintip dari pagar.
Kala tiba waktu Dzuhur, meski udara sangat menyengat. Aku menunggunya lewat, tapi tidak lewat juga. Dan aku rasa dia sepertinya sudah pergi. Sebelumnya aku memang sempat mendengar derungan motornya putar jalan ke belakang rumahku dan jalan lagi. Aku rasa dia pergi sholat naik motor. Jadi aku minta ijin pada kedua adikku untuk pergi kemasjid, mengecek apakah motornya ada tapi tidak ada. Aku juga mencarinya diantara orang-orang yang sholat dan langsung bergegas pergi melihat gerak-gerik orang-orang yang sudah berdiri. Tapi karena dasar aku sepertinya benar-benar telah kerasukan setan cinta, aku tetap juga mengintipi rumahnya yang senyap dan hening. Aku terus saja memperhatikan rumah itu dan berharap bisa melihat kekasihku Farid sambil manjat pagar dengan kedua adikku. Ketika aku menoleh kerumah ujung dekat jalan, tiba-tiba kak Farid muncul jalan kaki pakai baju kaos coklat, celana coklat tua, dan berkacamata coklat. Masya Allah, Subhanallah. Keren sekali. Dia tampan seperti bintang film India. Dia aktornya dan aku aktrisnya. Dengan PDnya dia jalan bak peragawan. Karena malu-malu, aku lari masuk dengan alasan mau ambil sapu ijuk pada kedua adikku. Aku heran dengan gaya kak Farid yang keren seperti itu, karena dia tidak pakai peci seperti peci haji yang biasa dipakainya setiap kali akan pergi shalat. Pokoknya hari ini benar-benar penuh kejutan. Sekeluarnya aku membawa sapu ijuk, aku hendak mengintipnya diteras rumahku karena berpikir dia bakal kerumah ujung karena tadi melihatku.
Ternyata saat aku keluar dia sudah jalan didepan pagarku dan mensenyumi adikku yang lagi manjat. Masya Allah cakep sekali. Tapi langsung saja aku lari masuk kembali dan keluar saat dia jalan memunggungiku. Hhhh, pangeranku. Kau memang pangeranku. Beruntung sekali wanita yang bisa memilikimu sayang. Andai wanita itu adalah aku. Aku rasanya sudah tidak ingin lagi mengejar materi duniawi. Karena aku sudah mendapatkanmu. Ya Allah, tolong jadikan kak Farid Imam bagi keluarga hamba Ya Allah. Aku sangat mencintainya. Tolong jangan jadikan hamba perawan tua, karena tidak mendapatkan balasan cintanya dan jadi pendamping hidupnya Ya Allah. Karena dia benar-benar idamanku. Aku mencintaimu kak Farid. Bahkan aku merasa, mungkin Tuhan memberikanku kesempatan yang terakhir kalinya untuk melihatnya dalam menunggu hari-hari terakhir dia tinggal disekitarku. Aku takut. Aku sangat takut dan gemetaran bila berpikiran jauh seperti itu. Memang terlalu berlebihan karena menyaingi takdir Tuhan, namun kalau tidak berpikir seperti itu. Aku takut akan semakin banyak berharap dalam harapan kosong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar