Sabtu, Maret 27, 2010

(part25)
Hari ini tanggal 23 Mei, aku memimpikan kak Farid. Dalam mimpi itu aku melihat tiga orang cowok jalan lewati rumahku dan kuanggap kak Farid, ternyata bukan. Akupun menungguinya muncul didepan pagarku dan melihatnya keluar dari pagar bersama dua orang kawannya. Aku memperhatikan dia terus dan diapun melihatku. Kekasihku lalu melaju jalan kearahku dan lebih memilih pergi kerumah salahsatu tetanggaku demi tidak melewati rumahku untuk menghindariku. Saat terbangun aku malah cekekekan sendiri, karena tidak dialam nyata dialam mimpi pun dia menghindariku. Pukul delapan lewat, aku pergi kewarung belakang rumah tetanggaku. Sepulangnya aku dari situ, aku berpapasan jalan dengan kak Farid. Hingga semakin menguatkan keyakinanku bahwa dialah jodohku. AMIN
Hingga hari ini tanggal 25 Mei 2007, aku tidak pernah lagi melihatnya. Dalam benakku penuh tebakan, mungkinkah kak Farid kekasihku sudah pindah kontrakan atau sudah pulang ke Malaysia? Aku gelisah, resah, bingung dan penuh kebimbangan. Hingga siang harinya, saat aku tengah duduk disofa ruang tamuku menunggui kehadiran kekasihku, aku melihat teman setetangganya kak Farid dan memanggilnya. Aku pun menanyainya tentang kabar kak Farid sambil berdiri dipagar seraya mengintai kearah rumah kekasihku. Temanku Oz mengatakan kak Farid masih tinggal dirumahnya karena tadi pagi dia ada. Aku memang kekampus tadi pagi jadi tidak sempat melihatnya. Lalu Oz mengatakan “kak Farid sudah punya pacar. Dia pacaran sama adik kelasnya”. Aku hanya bisa mengatakan “terima kasih karena aku diberitahu”dengan mulut kaku dan sepoian angin yang menyelimutiku semakin menambah rasa kecewa dihatiku. Ternyata benar anggapanku selama ini. Bahwa cintaku tidak tersambut. Saat dikamar tidur, aku tak tahu kenapa airmataku terus saja mengalir, padahal aku berusaha untuk tegar, tapi tidak bisa. Badanku menggigil dan gemetaran. Aku merasakan panas dan dingin. Aku bingung harus mengadu pada siapa dan akhirnya pada Tuhan. Awalnya aku memang menyalahkan Tuhan, karena telah membuatku patah hati. Ternyata kekasihku mencintai kekasihnya. Tapi aku lalu berpikir, mungkin inilah saatnya aku ridho menerima Takdir Tuhan untuk bertobat. Aku memang harus bertobat, dan resiko dari cobaan hidupku ternyata patah hati. Pantasan selama ini kak Farid selalu menghindariku dan aku selalu melihatnya tunduk melihat telepon genggamnya sambil tersenyum. Ternyata dia benar-benar sudah punya kekasih. Sedangkan aku, aku tidak tahu peranku dalam hal perasaan ini apa? Dan aku tak ingin mencari tahu apapun jawabannya. Aku hanya bisa mendoakan kebahagiaannya dan belajar menerima kenyataan.
Kini aku hanya menunggu sambil menghitung waktu, menjaga asa kala dia akan pergi. Aku bagai titik-titik hujan, yang jatuh menyentuh cinta, yang hilang teresap angan, dan terlupakan tanpa ara. Aku bagai titik-titik Lumpur, yang melekat dibawah sepatu impian, yang hilang tersikat air harapan, dan dibiarkan kering mendebu. Aku bagai asap knalpot, yang keluar menjadi semprotan kasih, yang dibiarkan terbawa angin kepupusan, dan hilang terserap udara kehampaan. Aku bagai pembungkus permen, yang menyelimuti permen perasaan, yang dibuang saat permen dimakan angan-angan, Dan dibiarkan rusak oleh waktu. Aku bagai kayu bakar, yang terkumpulkan bersama angan-angan, yang dibakar dengan api bertepuk sebelah tangan, dan dibiarkan jadi arang patah hati. Aku memaafkanmu, jika hatimu, tidak berkenan, untuk mencintaiku. Aku memaafkanmu, meski diriku, kau anggap tidak menarik, bagimu. Aku mengerti, bila selama ini, perasaanmu padaku, hanyalah sebatas orang asing. Aku memaafkanmu, walau dirimu akhirnya, tidak memilihku, untuk kau cintai.
Itulah sebagian kisahku tentang cowok Malaysia berinisial Fd itu. Aku merasa selama “mencintainya”, adalah hasratku untuk memilikinya. Ternyata cek per cek karena nafsu. Aku sengaja menyebarkan kisahku pada pembaca bukan untuk membuat sensasi. Tapi aku ingin bersama kalian, kita merenungi hasrat-hasrat kekaguman pada suatu makhluk yang sebenarnya adalah ciptaan Sang Pencipta. Jadi mungkin dengan menyebarkan tulisan ini, secara tidak yang dilangsungkan. Aku meminta maaf pada kak Farid yang mungkin selama ini merasa ‘kurang’ nyaman atas ulahku. Oh iya, aku juga meminta maaf pada setan yang terfitnah olehku dan kukutuk. Karena seharusnya aku tak menyalahkan apapun atau keadaan, melainkan diriku sendiri. Aku tidak merasa khilaf, karena khilaf adalah ungkapan para pecundang, yang mengulangi kesalahan yang sama. Padahal binatang seperti keledaipun tak akan mau terjatuh kedalam lubang yang sama dua kali. Terus terang semua itu karena aku sulit menekan nafsuku. Aku selalu takut jadi ‘perawan tua’ dan terlalu mengejar status sosial, juga kehidupan mewah duniawi. Dan ternyata hasratku itu terlalu berlebihan. Aku selalu merasa Tuhan tidak adil, tidak mengabulkan doaku, menyempitkan rejekiku. ASTAGHFIRULLAHUL’AZIIM, ternyata aku salah sangka pada Tuhan. Ternyata Tuhan Maha Adil, jadi aku diberikan ‘teguran’ agar tidak dikendalikan oleh nafsuku. Tuhan Maha Mengabulkan, jadi aku dididik untuk bersabar. Tuhan Maha Menyempitkan, agar aku tidak mencemarkan nama baik keluarga akibat ulahku yang tergesa-gesa dan berlebihan itu. TERIMA KASIH TUHAN. Sekali lagi maafkan saya kak Farid ya. Andai aku mengakui Tuhan sebagai Kekasih-ku, bukan dia. Aku tak akan pernah merasakan sakitnya patah hati. Andai saja selama ini aku Mengenali Tuhan, aku akan selalu bersyukur dan ikhlas. Saat ini aku mulai mencintai diriku, karena daripada mengagumi orang lain, mendingan diri sendiri. Aku sayang diriku. I LOVE ME ehehehehehe.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar