Sabtu, Maret 27, 2010

(part21)
Aku gelisah dan resah tambah terdesak mencari dan menungguinya sembari mengintip dari balik jendela, karena kadang-kadang mendengar derungan motor yang bukan juga dia. Lama waktu terlewati tepat saat lagu kuingin kamu milik Roman terdengar, terngiang derungan motor hingga membuatku berlari untuk mengintai. Kak Farid lewat depan rumah. Alhamdulillah, akhirnya dia pulang jam sepuluh lewat delapan belas menit.
15 mei 2007, aku menunggui kak Farid sambil dengar radio jam tujuh pagi. Tapi akhirnya dia lewat pukul setengah sembilan. Lalu pukul setengah sepuluh, aku mendengar derungan motor yang kuanggap dia dan berlari lalu berdiri diruang tamuku. Belum sempat aku keluar dari pintu rumah, dia sudah lewat depan rumahku dan mengklakson dua kali pada anak-anak yang manjat ambil jambu air dirumah tetangga depan rumahku yang kosong penghuni. Tapi si setan cinta membuatku GR. Aku memang benar-benar sudah kerasukan setan, mungkin setan cinta. Beberapa menit kemudian, aku melihat dari jendela kak Farid lewat dan pergi lagi. Kemudian jam duabelas aku mendengar derungan motor dan berlari keruang tamu melihat kak Farid lewat. Aku lalu berlari kearah pagar dan mengintipnya sembunyi-sembunyi. Setelah dia memasuki pagar dan tidak kelihatan lagi. Aku berloncat-loncat bahagia dan masuk kedalam rumah untuk sujud syukur. Kala masuk waktu Dzuhur, aku menunggui kekasihku lewat. Aku mengintai rumahnya seraya melihat kedua adikku yang barusan bermain-main disekitar jalan dekat rumah kak Farid. Selang beberapa menit, akhirnya dia terlihat mengunci pagar. Karena ingin mencari perhatian, aku sok-sok saja memanggil kedua adikku untuk makan, saat kak Farid terlihat berjalan menuju masjid. Spek-spek saja kulihati dia juga. Awalnya aku malu memanggil kedua adikku dengan suara keras, karena sepertinya tidak sopan. Tapi aku ingin tampil apa adanya diriku. Karena meskipun aku mencoba berbicara lembut, suaraku pasti akan tiba-tiba meninggi tanpa kusadari sekalipun. Karena sudah masuk dalam komponen habitat karakter dan kepribadianku. Lalu aku menertawai adik bungsuku terbahak-bahak karena tidak jadi manjat pagar saat melihat papaku yang pulang dari kantor.
Perlahan-lahan aku jalan untuk masuk rumah seraya melihat ke kaca jendela mencari bayangannya. Setibaku depan pintu rumah hendak masuk, kak Farid tengah jalan melewati rumahku. Akupun dengan semangat pergi sholat Dzuhur. Setelah itu, aku keluar menunggui kak Farid pulang dihalaman samping rumahku, karena papa mamaku lagi makan siang diruang tamu. Sedangkan kedua adikku keluar bermain depan pagar rumah kami. Tiba-tiba aku melihat kak Farid dari celah-celah tanaman dirumah tetanggaku dan adik bungsuku memanggil memberitahu ada kak Farid sambil ketawa. Aku melihat kak Farid jalan berdua dengan rekannya seraya tersenyum. Awalnya aku pikir kak Farid akan singgah dirumah ujung kawannya itu, ternyata tidak. Dia terus saja melangkah dan aku lari bersembunyi dari balik dinding bercelah disamping rumahku dan mengintipinya. Dari samping kelihatan hidungnya mancung dan telingannya agak runcing. Mirip telinga peri seperti telingaku juga. He...he...he...becanda, ehem. Aku memperhatikannya dengan jantung bergetar-getar. Ketika dia mulai menjauh, aku keluar dari persembunyian dan jalan keluar pagar melihatnya pulang. Setibanya dia dirumah, barulah aku masuk juga kerumahku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar