Sabtu, Maret 27, 2010

(part2)
Hari ini tanggal 13 Februari 2007, aku mulai mencoba berjanji pada diriku untuk berubah. Karena menurutku, “takdir kita akan berubah, apabila kita mau merubah diri kita sendiri menjadi lebih baik”. Soalnya, aku dikenal cukup kasar dan pemarah dikalangan orang-orang yang mengenalku. Jadi aku benar-benar akan mulai berubah mulai hari ini demi cinta. Seperti biasa, aku bergegas keluar menantinya setelah adzan shalat Dzuhur. Saat itu, mama dan kedua adik lelakiku tengah jolok jambu. Aku hanya sengaja ikut-ikutan jolok dengan tujuan buat ngeceng. Karena aku berharap untuk melihatnya lagi. Selama ini aku belum mengetahui siapa namanya, karena aku malu untuk bertanya pada siapa. Ketika dia berjarak tujuh meter dekat rumahku, aku sudah melihatnya. Entah mengapa, tiba-tiba pandangan mataku melihat ke arahnya saat itu. Ternyata dia memang benar-benar tampan di siang hari akibat pantulan teriknya sinar matahari. Posisiku berdiri dilorong jalan halaman rumahku. Aku melihatinya terus berjalan dan berjalan tunduk tanpa menyangka dia tiba-tiba menatap kearahku. Selama beberapa detik, mata kami satu jaringan pandangan tapi sesegera pula ditundukkannya pandangannya dan diapun tetap berjalan menuju masjid. Lalu aku lari masuk ke dalam rumahku untuk melakukan rencara kedua. Aku memikirkan skenario agar aku bisa langsung mensenyuminya saat mata kami saling berpandangan lagi. Namun sayangnya, tidak begitu kenyataannya. Saat itu aku memang berencana ke kampus saat Dzuhur. Jadi aku berdandan rapi secepat mungkin seiring terlajunya waktu shalat Dzuhur. Sekeluarnya aku dari rumahku, aku berjalan perlahan-lahan untuk menghitung waktu selama dia hendak pulang. Merasa cukup lama tak kedatangannya, aku langsung saja mengintai masjid dan sepuluh detik kemudian dia muncul. Aku bahagia sekali karena perasaan dan ketepatan menghitung waktuku nyaris klop. Aku pun berpikir untuk pulang balik kearah rumahku meski tidak sampai depan pagar agar berdasarkan skenario, kami bisa saling berpapasan. Perlahan-lahan aku melangkah dan tetap menunggu kedatangannya dan berhenti tepat depan rumah tetanggaku dekat jalan yang juga kontrakan para anak Malaysia temannya dia. Ternyata dia lama sekali kalau berjalan, aku sudah merasa sangat kepanasan saat itu karena teriknya sinar matahari. Tapi aku memutuskan untuk tetap bertahan. Namun lama menunggupun, membuatku untuk mengintipi kedatangannya diantara terali pagar tanpa tahu sosoknya tiba-tiba muncul. Tapi sayangnya, aku hanya diam dan berjalan terpaku saat kedua mata kami satu frekwensi. Aku menyesal tak sempat mensenyuminya karena terlalu terpaku. Bahkan dialah yang lebih dulu menundukkan pandangannya dari arahku.
Tanggal 14 Februari 2007 hari ini, aku melakukan rencana yang telah kupikirkan sejak kemarin malam. Sore hari tepat waktu Ashar, aku keluar mengajak adik bungsuku usia lima tahun untuk membantuku menyapu halaman depan pagar. Karena sebelumnya, aku melihat cowok yang kayak dia dari belakang pake baju abu-abu, tapi ternyata bukan dia. Karena sidia pake kemeja biru kotak-kotak. Dia tengah mengsms sambil jalan depan rumahku dan tetap menunduk. Padahal aku tengah berusaha menggesekkan kaki kananku dilantai-lantai jalanan teras rumahku agar terdengar bunyi-bunyian, namun dia tetap konsentrasi. Aku mulai menyapu keluar depan pagar agar tidak menimbulkan kecurigaan dari orangtuaku. Padahal selama hidup, aku tidak pernah menyapu halaman depan rumah karena malas. Semenit waktu berselang serasa bagai berjam-jam. Aku berjongkok diam dan menghentikan menyapu depan pagarku, sekaligus melarang adikku yang lagi asik-asiknya menyapu agar menghentikan aktivitasnya. Dalam perenunganku menahan pusing pening kepalaku, tiba-tiba spontan aku merasa dia tidak bakal lewati depan rumahku, karena dia berjalan lurus ke depan tanpa belok ke arahku. Malahan cowok yang aku anggap mirip dialah yang aku lihat menuju jalan lewat rumahku. Cowok ini teman sekontrakannya dia. Tapi anehnya, pada jaraknya dia enam meter saat aku dan adikku tengah menyapu dari jaraknya berdiri jalan, cowok itu bersin dua kali. Setelah hari itu, aku memimpikan sidia. Karena selama ini aku selalu berharap agar dia tersenyum ke arahku. Dalam mimpi itu, aku tengah menungguinya lewat depan rumahku dan berdiri diteras rumahku. Dia tengah berjalan menuju masjid dan berbalik ke arahku tersenyum. Akupun membalas senyumnya dengan hati bahagia. Lalu tiba-tiba dia berkata”disini tempat tinggal kamu ya”katanya dengan senyum tawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar