Sabtu, Maret 27, 2010

(part14)
Awalnya aku memang menungguinya saat tengah mengetik diruang tengah. Bahkan sebelumnya, aku mendengar derungan motor yang ternyata bukan kak Farid. Tapi akhirnya, lama dalam bernantikupun, kekasihku muncul juga. Aneh memang, langsung menganggap dia kekasihku. Tapi aku tidak perduli, aku sengaja menanamkan sugesti dengan sebutan kekasih, pasangan hidup atau apapun itu agar bisa menjadi kenyataan. AMIN. Karena aku memang sangat mencintai kak Farid. Lalu terdengarlah besingan motor dari kejauhan. Akupun berlari keruang tamuku dan melihatnya lewat depan rumahku. Secara spontan, aku gegas buka pintu yang terkunci dan lari kearah pagarku untuk mengintipnya. Senang rasanya bisa melihatnya kembali. Alhamdulillah, akhirnya aku melihatnya malam ini saat terdengar sang Imam melafazkan surah Al-Fatihah pada rakaat pertama shalat Isya di masjid. Sepertinya kekasihku Farid baru pulang. Hingga aku memimpikannya. Mungkin karena terlalu kepikiran, jadi terbawa arus mimpi akhirnya. Padahal kalau harus memilih, aku lebih suka tidak bermimpi. Karena aku benci mimpi. Semuanya hanya peristiwa maya yang menjebak kita dalam berilusi. Meskipun tidak semua mimpi seperti itu, tapi berdasarkan mimpi-mimpiku. Mungkin itu adalah bagian dari godaan setan yang pantas terkutuk. Sebab hanya volume otak yang dapat menyentuhnya sebatas benak. Dalam mimpi itu, aku tengah berdiri menungguinya depan pintu ruang tamuku seraya memegangi jendela. Saat itu pula kak Farid tiba-tiba datang menghentikan motornya depan pagarku. Kami saling berpandangan dalam kebisuan masing-masing, hingga diapun pergi. Aku rasa mungkin itu adalah pertanda bahwa aku memang bukan ditakdirkan menjadi jodohnya. Sedih juga sih, tapi yaa, sepertinya Tuhan memberikanku jalan keluar melalui mimpi agar tidak lagi terkontaminasi dalam bayangan semu atas nama cinta yang kurasakan secara berlebihan. Terima kasih Tuhanku, terima kasih Ya Allah. Engkau telah membimbing hamba melalui petunjukMu. Aku sempat merasa agar sebaiknya melupakan kak Farid dengan perasaan cinta sepihak ini. Tapi tetap juga tidak bisa.
Tanggal 7 Mei 2007, aku memutuskan untuk bangun lebih pagi agar bisa menunggui kak Farid lewat depan rumahku. Meskipun berharap-harap cemas, karena aku takut dia akan menghindariku lagi, jadi aku menunggunya diruang tamu. Dengan penuh harapan doa agar cintaku mau lewat depan rumahku. Sejam menunggupun, rasanya bagai berjam-jam. Aku mendengar derungan motor dan langsung lari ke pagarku dan mengintai kearah rumahnya, tapi sepi. Derungan motor itu ternyata suara dari belakang rumahku. Tapi aku berusaha untuk tidak kecewa. Mungkin memang takdirku bukan jodohnya, meskipun aku masih tetap berharap dalam doa agar kak Farid ditakdirkan jadi jodohku. Jadi Imam bagi keluargaku dan keturunanku kelak. AMIN. Aku lalu duduk diam disofa ruang tamuku seraya menyaksikan lalu lalangan mobil, motor, becak, sepeda dan orang-orang yang jalan kaki. Tak lama kemudian, aku mendengar lagi derungan motor dan merasa kalau dia kak Farid, jadi aku lari ke pagar dan mengintai. Ternyata kak Farid beneran. Aku senang sekali melihat dia mengunci pagarnya, meski tetap waspada agar dia tidak melihatku. Dan saat dia memutarbalikkan motornya menuju kearahku, cepat-cepat aku jongkok demi mengintipi dia melalui celah-celah pagarku. Kemudian lewatlah dia dan aku puas. Aku hanya bisa mendoakannya dalam hati. Ya Allah, tolong lindungi kekasih hamba, dan jagalah dia karena hamba sangat mencintainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar