Sabtu, Maret 27, 2010

(part12)
Setelah lama berpikir dalam perenunganku, akhirnya aku sadar saat membayangkan seandainya aku berada diposisinya kak Farid. Bisa jadi dia memang cuek pada wanita yang tak dikenal agar tidak menimbulkan fitnah. Aku juga lebih memilih menyembunyikan diri terhadap orang yang tidak kukenal, walaupun dia mencintaiku. Karena aku mengerti, untuk tidak memberikan harapan pada orang yang tidak kucintai. Tapi aku akan mempertahankan perasaan cintaku untukmu kak Farid. Salam sayang dan rinduku untukmu sang terkasih. Aku akan tetap mencintaimu, selama hidupku.
Malam ini pukul 22:44 menit, aku mendengar derungan suara motornya yang kuanggap kak Farid tengah melaju kearah rumahnya. Tapi karena terlalu kencang, maka aku tak dapat melihatnya saat berusaha lari keluar dari kamar tidurku. Aku hanya diam diruang tengah karena merasa kalau kak Farid selalu menghindariku. Aku mengerti mengapa dia melakukan itu. Tapi aku akan tetap menunggu balasan cinta darinya, karena aku sangat mencintainya. Entah mengapa, aku mudah terbudaki oleh cinta. Karena segala hal yang menggerakkan diriku untuk melihat kak Farid, hanyalah desakan hatiku yang terjadi secara spontan. Bahkan saat diruang tengah waktu itupun, aku bisa mendengarkan suara pintu pagar yang didorong, lalu derungan motor dan suara pagar yang didorong lagi yang tak lain dilakukan olehnya. Memang rasanya tidak mungkin untuk menjadi pendampingnya, karena aku selalu hidup dialam yang penuh dengan mimpi. Aku ikhlas kok, walau pupus.
Maafkan aku, diriku sendiri. Karena aku selalu menyiksa batinmu dengan perasaan cinta sepihak ini. Aku melakukan itu, karena bukan semata-mata menganggap kalau kak Farid jodohku. Masalahnya adalah kadang-kadang aku bertemu dengan dia secara kebetulan. Saat itu aku hendak menuju ke warung belakang rumahku. Dan pada tikungan dikiri, tiba-tiba saja kak Farid muncul mengendarai motor DDxxxx dengan jarak kami sangat dekat sekali. Bahkan aku berpikir, seandainya saat itu ada angin sepoi sekalipun, bisa saja ujung jilbabku tersangkut pada stir motornya. Karena saking dekatnya getoh. Pernah juga pada jam tiga, aku terdesak oleh hatiku untuk keluar beli cemilan diwarung belakang rumahku dan dalam hati aku berharap bisa melihat dia. Tapi tetap juga merasa tidak mungkin. Mana dia bakal muncul pada jam-jam segini. Saat aku jalan menuju pagar, aku melihat dari celah-celah tanaman tetanggaku ada cowok yang wajahnya tertutup helm naik motor berboncengan. Hingga ketika membuka pintu pagar, tiba-tiba saja motor itu nyaris berhenti depan pagar rumahku yang ternyata teman kak Farid yang memboncenginya. Tapi berlaju jalan lagi, saat kak Farid mengangkat tangan kanannya kedepan sebagai isyarat sambil bicara bahasa yang tidak kumengerti. Aku bahkan beranggapan, seandainya saja dia datang melamarku. Karena itulah, aku menganggap dia jodohku. Tapi nyatanya mungkin juga bukan. Karena bisa jadi semuanya hanya kebetulan. Meskipun didunia ini tak ada yang kebetulan. Wallahu’alam.
Aku sebenarnya malu, malu sekali atas semua kejadian yang kami alami. Karena yang kulakukan mungkin memalukan dan bakal mempermalukan diriku sendiri bila banyak orang yang tahu. Karena aku yakin, kalau kawan-kawannya sudah pada tahu. Hari jumat ini, aku memutuskan untuk tidak mengecengi kak Farid lagi, tapi perasaan itu tetap memaksaku untuk keluar rumah dan bermain dengan adik bungsuku. Bahkan dalam hatipun aku berharap agar seandainya kak Faridlah yang berkelakuan seperti aku untukku. Tapi tentu saja tidak mungkin. Aku malah semakin heran, saat mendengar derungan motor dibelakang rumahku, hatiku mengatakan bahwa dia kak Farid. Adik bungsuku pengagum orang Malaysia itu juga mengatakan “Malaysia” saat mendengar derungan motor. Soalnya dibelakang rumahku ada dua kontrakan bagi mahasiswa Malaysia yang lain. Awalnya aku pikir Farid bakal lewat depan rumahku, tapi ternyata dia lebih memilih untuk putar jalan dari belakang rumahku ke rumahnya. Tapi ternyata si Farid akhirnya lewat juga depan rumahku untuk pergi beberapa menit kemudian. Dan poseku saat itu sedang duduk diteras menyaksikan adikku yang tengah asik bermain jual-jualan sayur. Saat aku melihatnya pun, hanya melalui jendela. Hanya pantulan bayangan dia saja. Maklum aku berusaha untuk melupakan kak Farid.
Semenit kemudian, kak Farid sepertinya pulang kerumahnya lagi. Spontan saja aku berlari menuju pagar untuk mengintipnya, tapi secara sembunyi-sembunyi. Karena aku merasa tidak ada salahnya mengintipi dia, selama aku tidak menampakkan diri. Aku hanya melihat pantat motornya yang terparkir. Lama sekali rasanya menunggu dia keluar. Hingga kak Farid keluar memakai tas ransel dan membelokkan motornya dan jalan. Aku langsung saja jongkok dan bermaksud mengintipi dia dari celah-celah pagarku. Dan memberanikan berdiri saat dia sudah terlihat jauh. Aku juga bertanya-tanya pada diri sendiri, kalau kak Farid mau kemana ya? Khan sebentar lagi shalat jumat. Dimasjid sudah terdengar suara mengaji. Aku hanya bisa mendoakan keselamatan dia. Ya Allah, tolong lindungi kekasih hamba kak Farid. Dan jagalah dia Ya Allah. Karena aku mencintainya. Ketika aku tahu, kau enggan kutatapi, aku kecewa dan aku merana, karena kutahu, perasaan cintaku ini, akan bertepuk sebelah tangan, aku mengerti keacuhanmu, agar aku tak meminta harapan kosong padamu, untuk mencintaiku, maafkan aku karena terlalu mencintaimu, bukan maksudku buatmu tak nyaman, agar kau mengerti perasaanku sayang, maafkan aku karena perasaan cintaku ini, telah tercipta untukmu sayang, saat pertama kumelihatmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar